Pertumbuhan Ekonomi Lemah, Pemerintah Perbanyak Stimulus Anggaran - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan bahwa
pemerintah akan memperbanyak pemberian stimulus anggaran untuk
memperbaiki harga komoditas. Dengan demikian, diharapkan daya beli
masyarakat bisa kembali pulih. Langkah ini dinilai bisa dilakukan
pemerintah dalam waktu dekat menyusul lemahnya pertumbuhan ekonomi
kuartal I.
"Karena harga komoditi menurun, maka pemerintah harus
banyak memberikan stimulus-stimulus anggarannya. Perbesar anggarannya,
itu yang bisa kita buat sementara ini," kata Kalla di Kantor Wakil
Presiden Jakarta, Selasa (5/5/2015).
Selain itu, pemerintah akan
mempercepat pembangunan infrastruktur sehingga investasi dari luar bisa
cepat masuk. Kalla juga mengakui bahwa pemerintah harus bekerja keras
untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,7 persen tahun ini.
Pertumbuhan
ekonomi RI pada kuartal I-2015 mengalami perlambatan. Berdasarkan tahun
dasar konstan 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan
ekonomi pada kuartal I-2015 hanya mencapai 4,71 persen. Pada periode
sama tahun lalu pertumbuhan ekonomi mencapai 5,14 persen (konstan 2010),
atau 5,21 (konstan 2000). Perlambatan ekonomi dipengaruhi oleh tiga
kondisi. Pertama, perlambatan ekonomi mitra dagang RI, yakni Tiongkok
dan Singapura.
Kepala BPS Suryamin menyampaikan, pertumbuhan
ekonomi Tiongkok dikoreksi dari 7,4 persen menjadi 7 persen. Sedang,
pertumbuhan ekonomi Singapura terpangkas dari 4,9 persen menjadi 2,1
persen. Kondisi lain yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi RI
pada kuartal I-2015 adalah masih rendahnya harga minyak. Kinerja
ekspor-impor juga turun dibandingkan kuartal I-2014.
Pertumbuhan
ekonomi kuartal pertama dari 2011 sampai 2015 melandai cenderung turun.
Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2011 tumbuh 6,48 persen dibanding tahun
sebelumnya (konstan 2000). Sedangkan pertumbuhan ekonomi kuartalan sejak
2011-2015 cenderung memiliki pola sama, kecuali kuartal I-2015 ini.
Dibandingkan
kuartal IV-2014, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 turun minus 0,18
persen. Suryamin mengatakan, penyebabnya adalah pergeseran musim tanam,
sehingga bergeser ke kuartal I-2015. Dari 17 sektor yang diamati, tiga
sektor yang mencetak pertumbuhan tertinggi year-on-year (YoY) adalah
informasi dan komunikasi (10,53 persen), jasa lainnya (8 persen), dan
jasa keuangan dan asuransi (7,57 persen).
Sementara, secara
kuartalan, tiga sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi, yakni
pertanian, kehutanan, perikanan (14,63 persen), informasi dan komunikasi
(3,06 persen), dan jasa perusahaan (2,24 persen). Ada pun jumlah total
produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I-2015 adalah Rp 2.724,7
triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Sedangkan PDB Atas Dasar Harga
Konstan (tahun 2010) adalah Rp 2.157,5 triliun
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Pertumbuhan Ekonomi Lemah, Pemerintah Perbanyak Stimulus Anggaran"
Posting Komentar